Pembuat “Keris” yang Mulai Tumbang
(Penduduk, Masyarakat
dan kebudayaan)
Sebagai generasi penerus bangsa
Indonesia, di tahun 2015 ini kita dapat menjadi harapan bagi bangsa INDONESIA. Negara
Indonesia sangat kaya akan seni dan budaya. Mulai dari ujung pulau sebelah
barat hingga timur. Banyak rupa dan macam macam kebudayaan Indonesia yang perlu
di apresiasi dan harus di lestarikan. Walaupun gempuran budaya asing datang
harus ada upaya semua pihak agar budaya Indonesia bisa lestari demi anak cucu
Indonesia yang akan datang.
Siapa yang
tidak mengenal keris, senjata khas pulau jawa yang sudah mendunia dan sudah di
akui oleh United Nation Educational Scientific
and Cultural Organization (UNESCO) ini sebagai warisan dunia sudah semakin
sedikit peminatnya terutama para masayarakat yang lebih memilih barang dari
luar negeri ketimbang melestarikan kebudayaan di dalam negeri. Miris sekali
keris ini karena pembuat keris kebanyakan sudah berumur dan para penerusnya
yaitu generasi muda semakin sedikit yang mau meneruskan membuat keris ini
padahal cukup menjanjikan untuk keris di pasarkan di dalam negeri maupun di
luar negeri.
Kebudayaan adalah
hasil budi daya manusia, ada yang mendefinisikan sebagai semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat. Karya manusia menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan, sedangkan rasa mewujudkan segala norma dan nilai untuk mengatur
kehidupan dan cipta merupakan kemampuan berpikir dan kemampuan mental yang
menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Pengertian
Keris
Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak
fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan
dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang
melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah
pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris
adalah badik. Senjata tikam
lain asli Nusantara adalah kerambit.
Sejarah Asal keris
Sejarah Asal keris yang kita kenal saat ini masih belum terjelaskan betul.
Relief candi di Jawa lebih banyak menunjukkan ksatria-ksatria dengan senjata
yang lebih banyak unsur Indianya. Keris Budha dan pengaruh India-Tiongkok
Kerajaan-kerajaan awal Indonesia sangat terpengaruh oleh budaya Budha dan
Hindu. Candi di Jawa tengah adalah sumber utama mengenai budaya zaman tersebut.
Yang mengejutkan adalah sedikitnya penggunaan keris atau sesuatu yang serupa
dengannya. Relief di Borobudur tidak menunjukkan pisau belati yang mirip dengan
keris. Dari penemuan arkeologis banyak ahli yang setuju bahwa proto-keris
berbentuk pisau lurus dengan bilah tebal dan lebar. Salah satu keris tipe ini
adalah keris milik keluarga Knaud, didapat dari Sultan Paku Alam V. Keris ini relief
di permukaannya yang berisi epik Ramayana dan terdapat tahun Jawa 1264
(1342Masehi), meski ada yang meragukan penanggalannya. Pengaruh kebudayaan
Tiongkok mungkin masuk melalui kebudayaan Dongson (Vietnam) yang merupakan
penghubung antara kebudayaan Tiongkok dan dunia Melayu. Terdapat keris sajen
yang memiliki bentuk gagang manusia sama dengan belati Dongson.
Bagian-bagian keris
Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam,
sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa
awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan
lainnya, yaitu wrangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka
kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.
Penggunaan Keris
Tata cara penggunaan keris juga berbeda di
masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di
pinggang bagian belakang. Sementara di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Filipina,
keris ditempatkan di depan. Sebenarnya keris sendiri memiliki berbagai macam
bentuk, ada yang bermata berkelok kelok (7, 9 bahkan 13), ada pula yang bermata
lurus seperti di daerah Sumatera. Selain itu masih ada lagi keris yang memliki
kelok tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.
Jenis-Jenis Keris
Keris yang saat ini kita kenal adalah hasil
proses evolusi yang panjang. Keris modern yang dikenal saat ini adalah belati
penusuk yang unik. Keris memperoleh bentuknya pada masa Majapahit (abad ke-14)
dan Kerajaan Mataram baru (abad ke-17-18). Pemerhati dan kolektor keris lebih
senang menggolongkannya sebagai "keris kuno" dan "keris
baru" yang istilahnya disebut nem-neman ( muda usia atau baru ). Prinsip
pengamatannya adalah "keris kuno" yang dibuat sebelum abad 19 masih
menggunakan bahan bijih logam mentah yang diambil dari sumber alam-tambang-meteor
( karena belum ada pabrik peleburan bijih besi, perak, nikel dll), sehingga
logam yang dipakai masih mengandung banyak jenis logam campuran lainnya,
seperti bijih besinya mengandung titanium, cobalt, perak, timah putih, nikel,
tembaga dll. Sedangkan keris baru ( setelah abad 19 ) biasanya hanya
menggunakan bahan besi, baja dan nikel dari hasil peleburan biji besi, atau
besi bekas ( per sparepart kendaraan, besi jembatan, besi rel kereta api dll )
yang rata-rata adalah olahan pabrik, sehingga kemurniannya terjamin atau sedikit
sekali kemungkinannya mengandung logam jenis lainnya
Pembuatan
Keris
Pamor beras wutah, merupakan motif dasar dari segala jenis pamor. Dari pamor beras wutah yang hanya berupa lapisan-lapisan pamor, kemudian dibentuk menjadi berbagai jenis dengan menambah langkah-langkah pelipatan, arah lipatan, pilinan, pengikiran, atau keras lembutnya hantaman palu pada saat proses penempaan. Pamor adeg sapu, hanya berupa garis-garis berdiri. Dibuat dengan cara mengambil penampang dari pamor beras wutah. Pamor udan mas, menggunakan pamor beras wutah yang diberi aksen-aksen seperti bulatan di beberapa titik. Cara membuat bulatan, keris yang sudah setengah jadi, diberi ketokan menggunakan besi sehingga menimbulkan luka. Saat dikikir, titik-titik ketokan itu yang melesak ke dalam akan memunculkan bulatan-bulatan.
Pamor beras wutah, merupakan motif dasar dari segala jenis pamor. Dari pamor beras wutah yang hanya berupa lapisan-lapisan pamor, kemudian dibentuk menjadi berbagai jenis dengan menambah langkah-langkah pelipatan, arah lipatan, pilinan, pengikiran, atau keras lembutnya hantaman palu pada saat proses penempaan. Pamor adeg sapu, hanya berupa garis-garis berdiri. Dibuat dengan cara mengambil penampang dari pamor beras wutah. Pamor udan mas, menggunakan pamor beras wutah yang diberi aksen-aksen seperti bulatan di beberapa titik. Cara membuat bulatan, keris yang sudah setengah jadi, diberi ketokan menggunakan besi sehingga menimbulkan luka. Saat dikikir, titik-titik ketokan itu yang melesak ke dalam akan memunculkan bulatan-bulatan.
Pamor bonang serenteng, cara pembuatannya sama persis dengan pamor udan mas.
Bedanya, jika dalam pamor udan mas posisi aksen ketokan tidak sejajar,
sedangkan pada pamor bonang serenteng posisi ketokan sejajar di kiri dan kanan
dari pangkal hingga ujung keris. Pamor
ujung gunung, seperti membuat pamor adeg sapu. Bedanya,
sebelum dibentuk keris, lipatan pamor yang masih bahan ditekuk. Dari tekukan
itulah kemudian akan muncul pamor bentuk garis-garis mengerucut seperti garis
gunung yang bertumpuk-tumpuk.
Pamor kembang anggrek (ada yang menyebut ron
genduru). Proses pembuatan pamor jenis ini cukup memerlukan waktu. Besi
yang sudah mengandung lipatan-lipatan pamor, dibentuk menjadi plat panjang.
Plat tersebut kemudian dilipat-lipat dan direkatkan. Pinggir-pinggir lipatan
dibuang dengan cara digergaji. Hanya bagian tengah lipatan saja yang
dimanfaatkan. Besi berpamor lipatan yang sudah dalam ujud tumpukan-tumpukan itu
kemudian dibelah tengahnya dalam posisi berdiri menggunakan pasak besi. Untuk
membelah, harus melalui proses pembakaran. Sebab, lajur yang dilalui pasak besi
itulah yang nantinya akan membentuk pamor sehingga menghasilkan lukisan seperti kembang anggrek.Pamor tambal, adalah motif pamor yang
dibuat dengan cara menempelkan gulungan atau lipatan besi berpamor pada baja
yang kemudian dibentuk menjadi keris.
Istilah-istilah yang sering digunakan
Empu: Pembuat keris
§
Panjak: Asisten pembuat keris. Panjak
terdiri atas dua orang, satu bertugas menyalakan api dan memompa sehingga api
terus menyala. Asisten lainnya bertugas menghantamkan palu (gandin besi)
pada saat proses penempaan.
§
Besalen: Studio atau bengkel pembuatan
keris
§
Paron: Alas menempa besi. Terbuat dari
besi baja berbentuk mirip lingga. Biasanya disebut paron dengkul karena
bentuknya mirip lutut orang yang sedang jongkok.
§
Kowen: Tempat air untuk mendinginkan
alat-alat.
§
Cakarwa: Alat sejenis gancu yang
berfungsi untuk mengarahkan bara api.
§
Ububan: Sejenis pompa. Terdiri atas dua
tabung kayu yang bentuknya persis dengan pompa-pompa yang kita kenal di
bengkel-bengkel. Sekarang alat ini diganti menggunakan blower.
§
Wirungan: terbuat dari balok batu yang
dilubangi di tengahnya. Berfungsi sebagai alat memfokuskan angin sehingga yang
dihasilkan oleh pemompaan pada ububan.
§
Supit: alat sejenis tang dengan ukuran
yang berbeda-beda (setidaknya membutuhkan lima supit dengan ukuran berbeda-beda)
sebagai alat memegangi besi yang dibakar. Digunakan saat besi dibakar atau saat
besi ditempa.
§
Ploncon: terbuat dari dua batang kayu yang
digandeng. Di atas dua batang kayu inilah empu melakukan pengikiran dan
menyempurnakan bentuk keris.
§
Gandhen besi: Yang paling besar seberat 2 kg,
biasanya dipegang oleh panjak.
§
Mimbal: palu besi dengan ukuran lebih
kecil (kurang lebih seberat 5 ons), yang biasa dipegang oleh empu.
§
Kikir: Ada berbagai bentuk kikir dengan
ukuran kasar dan halus yang berbeda-beda.
§
Arang kayu jati: berguna sebagai bahan bakar.
Selama ini diyakini arang kayu jati merupakan penghasil panas terbaik, karena
pemijaran sempurna hanya dihasilkan ketika panas besi yang dipijar mencapai
1.100 derajat celcius.
§
Wungkal atau gerinda: Batu pengasah
§
Jeruk nipis: digunakan untuk mencuci keris yang
secara fisik sudah selesai dibentuk dan diasah.
§
Batu
Warangan atau arsenikum: berfungsi untuk memunculkan pamor
pada proses terakhir pembuatan keris. Tetapi harus hati-hati sekali, karena
arsenikum mengandung racun yang berbaya bagi kesehatan.
§
Tlawah: Balok kayu yang dilubangi di
tengahnya, berfungsi untuk merendam keris dengan air jeruk nipis saat dilakukan
pencucian.
Keris Pusaka yang terkenal
Keris Mpu Gandring
Keris Pusaka Setan Kober
Keris Kyai Sengkelat
Keris Pusaka Nagasastra Sabuk Inten
Keris Kyai Carubuk
Keris Kyai Condong Campur
Solusi :
Sebagai generasi muda kita harus bangga akan kebudayaan kita sendiri
seperti Keris di mana pembuat keris sudah semakin sedikit saja sekarang ini,
perlu upaya pemerintah dengan tindakan pasti agar Keris ini tidak purnah dengan
tidak adanya pembuat keris lagi di masa depan nanti agar para anak cucu kita
tetap bisa melihat keris yang banyak tidak hanya tinggal beberapa saja.
Sumber: Sejarah dan Asal
Usul Keris Dan Kegunaannya - Yafi Blog http://yafi20.blogspot.com/2011/12/sejarah-dan-asal-usul-keris-dan.html#ixzz3oeLfvIr5
http://www.tosanaji.com/cara-membuat-keris/
0 Response to "Pembuat “Keris” yang Mulai Tumbang"
Post a Comment